Wajib Militer dan Pendidikan: Disiplin atau Tekanan Emosional?
Ditulis oleh Curcool Official pada May 21, 2025

Akhir-akhir ini, topik soal wajib militer di Indonesia sering banget jadi bahan diskusi. Katanya sih, biar generasi muda jadi lebih kuat, disiplin, dan cinta tanah air. Bahkan sempat muncul wacana untuk menyisipkan elemen militer ke dalam sistem pendidikan.

Tapi, pernah nggak sih kamu mikir... kalau ternyata sistem kayak gitu justru bisa jadi beban mental buat sebagian remaja?

Sekolah Rasa Barak?

Beberapa dari kita mungkin pernah ngalamin masa orientasi sekolah yang “keras”. Disuruh push-up gara-gara lupa bawa topi, dibentak karena salah jawab, atau disuruh jalan jongkok sambil teriak yel-yel. Katanya sih biar kompak dan tangguh.

Tapi yang nggak banyak dibahas adalah efek emosional dari perlakuan kayak gitu. Bukan cuma capek fisik, tapi juga bikin stres, malu, takut, bahkan jadi overthinking. Banyak cerita dari Gen Z yang bilang mereka sampai nangis sepulang sekolah gara-gara ditekan pas orientasi. Dan itu baru awal tahun ajaran.

Remaja Butuh Dipahami, Bukan Diatur Total

Secara psikologi, masa remaja itu masa paling labil. Kalau dijelaskan secara detail, secara psikologis remaja itu tengah mengalami perubahan yang besar entah dari segi fisik, fisiologis, emosional, dan kognitifnya. Itu yang ngebuat mereka terkadang labil atau dilema dalam tingkah lakunya.

Lagi proses kenal sama diri sendiri, pengen dianggap dewasa tapi juga masih belajar ngatur emosi. Kalau dalam fase ini mereka "ditatar" terus-menerus dengan cara yang keras, bukan nggak mungkin mereka ngerasa kayak kehilangan kendali atas diri sendiri.

Dan tahu nggak, otak manusia di usia belasan tahun itu belum sepenuhnya matang buat ngelola stres berat. Jadi kalau dipaksa masuk ke sistem super disiplin tanpa ruang untuk berekspresi, bisa-bisa malah numbuh trauma atau rasa rendah diri.

Cerita yang Jarang Diangkat

Coba bayangin ini:
Seorang siswa telat 5 menit. Bukannya dikasih kesempatan ngobrol kenapa bisa telat, malah disuruh lari keliling lapangan sambil diteriaki. Di satu sisi, ini dilihat sebagai bentuk pelatihan karakter. Tapi di sisi lain, siswa itu pulang sekolah sambil mikir, “Apa aku seburuk itu?” Lama-lama bisa tumbuh rasa malu berlebihan atau takut melakukan kesalahan sekecil apapun.

Banyak juga yang cerita di media sosial, “Setelah masa MPLS yang keras itu, aku jadi nggak percaya diri buat aktif di sekolah.” Dan ini bukan cuma satu dua orang, tapi banyak yang relate.

Bisa Disiplin Tanpa Kekerasan, Kok

Bukan berarti kita nolak disiplin, ya. Justru penting banget buat anak muda belajar tanggung jawab, kerja sama, dan menghargai aturan. Tapi caranya nggak harus lewat tekanan mental. Penelitian yang pernah dilakuin sama Claudia Laua, dkk. tahun 2019 juga pernah ngejelasin loh kalo disiplin siswa atau remaja tuh gak perlu pakai kekerasan. Caranya gimana sih?
Caranya adalah dengan tetap mengutamakan adanya penerapan peraturan dan konsekuensi tegas dari sekolah atau lingkungan sekolah kalau remaja-remaja ini menyalahi aturan. Nggak hanya itu aja, perlu ada dukungan dan perhatian dari guru juga untuk para remaja ini biar mereka juga merasa aman, dihargai, dan didorong untuk bertanggung jawab atas tindakannya sehingga disiplin dari para remaja ini pun tetap terbentuk dengan sehat.

Ada banyak pendekatan yang lebih manusiawi dan tetap efektif, misalnya:

  • refleksi lewat journaling – siswa diajak nulis perasaan mereka setelah kegiatan
  • kegiatan kerja tim yang fokus ke kolaborasi, bukan kompetisi atau hierarki
  • belajar tenang lewat latihan mindfulness, bukan cuma hafalan teori
  • dan yang paling penting: ada ruang buat ngobrol, bukan cuma diperintah

Yuk, Mulai Tanya Diri Sendiri

Kita harus mulai bertanya: tujuan pendidikan itu apa sih? Bikin takut? Bikin patuh? Atau menumbuhkan generasi yang sadar, berdaya, dan punya kendali atas diri sendiri?

Kalau yang kita harapkan adalah generasi tangguh, mungkin langkah pertamanya bukan dengan membentuk mereka jadi “seragam”—tapi dengan benar-benar mendengarkan apa yang mereka rasakan.

Cerita Kamu Penting

Pernah ngalamin sistem pendidikan yang terlalu keras? Atau malah punya pengalaman positif membangun karakter dengan cara yang lebih empatik? Ceritakan kisahmu di Curcool. Suara kamu bisa jadi penguat untuk yang lain.

Ikuti Kegiatan Kami :

ig
Tiktok
WhatsApp
Youtube
Curcool Event