Dalam hiruk-pikuk kehidupan yang menuntut, banyak dari kita terbiasa menunda kesenangan demi mengejar tanggung jawab. Namun, di tengah tekanan yang terus-menerus, apakah memberi hadiah kecil untuk diri sendiri atau self-reward terlihat seperti kemewahan semata? Atau justru sebuah kebutuhan emosional?
Self-reward atau penghargaan diri adalah konsep psikologis yang merujuk pada pemberian hadiah kepada diri sendiri sebagai bentuk penguatan positif setelah mencapai tujuan, menyelesaikan tugas, atau menghadapi situasi sulit.
Dalam kajian psikologi, self-reward memiliki dasar teoritis yang kuat. Salah satunya adalah Teori Behavior yang membahas mengenai pemberian Reinforcement sebagai bentuk hadiah untuk mempertahankan perilaku baik.
Bentuknya bisa beragam: makan makanan favorit, menonton film kesukaan, membeli barang kecil yang diinginkan, atau sekadar meluangkan waktu untuk beristirahat. Ini bukan tentang pemborosan, tapi tentang pengakuan atas usaha yang telah dikerjakan.
Walaupun bermanfaat, self-reward bisa menjadi tidak sehat jika dijadikan pelarian dari emosi yang tidak diproses. Misalnya, terus-menerus berbelanja untuk menghindari rasa sedih, atau makan berlebihan saat stres.
Kuncinya adalah kesadaran: apakah ini bentuk penghargaan atau bentuk pelarian?
Menghadiahi diri bukan bentuk kelemahan atau pemborosan, tapi bentuk penerimaan bahwa kita layak dihargai, terutama oleh diri sendiri.
Di tengah dunia yang terus menuntut, self-reward adalah bentuk lembut dari keberanian untuk berkata: "Aku juga penting."
Kalau kamu ngerasa butuh tempat buat cerita tanpa harus mikir "aku bakal dihakimi nggak ya?" kamu bisa cerita bareng Listy di curcool.com